Rabu, 04 Juni 2008

Perempuan Berotot

PEREMPUAN BEROTOT

Pagi itu waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Yul yang baru saja menunaikan Sholat Subuh langsung bersiap untuk memasak, menanak nasi, mencuci, dan menyiapkan pakaian untuk anak-anaknya. Selesai memasak Yul membangunkan keempat anaknya untuk mandi dan sarapan pagi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Sebalum anak-anak berangkat sekolah, Yul menyempatkan diri menemani anak-anaknya belajar. Pekerjaan Yul belum selesai karena dia masih harus mengantarkan anaknya yang paling kecil, sibungsu yang sudah berusia lima tahun ini akan memulai sekolahnya di Taman kanak-kanak. Selesai mengantar sibungsu Yul mulai disibukkan dengan kesibukan yang belum sempat terselesaikan.

Yul yang bekerja sebagai buruh batik ini harus rela melewatkan hari-harinya untuk mendapatkan rupiah demi rupaih. Setiap hari Yul bekerja dari mulai pagi sampai larut malam bahkan terkadang sampai pagi lagi. Semua itu dilakukannya dengan harapan keempat anaknya dapat meraih hidup yang jauh lebih baik dari dirinya. Ketika kondisi batik lesu maka Yul harus memutar otak untuk berfikir bagaimana cara mendapatkan rupaih? Karena bekerja sebagai buruh batik tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Itulah Yul wanita setengah baya ini harus bekerja keras, membanting tulang dan menjadi kepala keluarga demi memenuhi kebutuhan keempat anaknya. Semenjak ditinggal kawin lagi oleh suaminya dengan wanita yang ditemuinya di tempat prostitusi, Yul sudah tidak diberi nafkah lagi, nasibnya pun digantung. Tapi Yul tidak pernah mengeluh atau menyesali keadaan, Yul terus berjuang tanpa pamrih.

Tetapi cita-cita Yul untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi kandas sudah. Yul hanya mampu menyekolahkan keempat anaknya sampai Sekolah Dasar (SD), itu pun Yul sering dipanggil menghadap kepala sekolah, ketika penerimaan raport anak-anaknya, karena Yul harus membayar SPP anak-anaknya yang sering nunggak.
Yul adalah salah satu contoh wanita korban keadaan dari sekian banyak wanita di Indonesia yang mengalami nasib kurang beruntung. Di Indonesia masih banyak orang-orang seperti Yul, bahkan ada yang lebih kurang beruntung dari Yul. Mahalnya harga-harga kebutuhan pokok, Sulitnya mencari lapangan pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga, kemiskinan, rendahnya pendidikan adalah salah satu faktor disamping faktor-faktor lain yang menyebabkan seorang perempuan menjadi tumbal keadaan.

Sementara seorang perempuan harus berjuang melawan kejamnya dunia, para pejabat pemerintah dan para pengusaha saling berusaha untuk berlomba-lomba menumpuk kekayaan dengan bermacam cara yang tidak lazim seperti korupsi, saling menjagal/menjatuhkan lawan, menebang hutan, bahkan mereka rela mengorbankan atau memanfaatkan rakyat kecil demi kepentingan dan kepuasan pribadinya.

Sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa harus kiamat yang harus menghentikan adzab yang menimpa negeri ini? Kita harus yakin kalau masih banyak orang Indonesia yang baik dan beruntung serta peduli terhadap permasalahan negeri ini. Masih banyak para pejabat yang benar-benar memikirkan nasib rakyatnya, masih banyak pengusaha di negeri ini yang peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung dan mau tidak mau, kita harus memikirkan jalan keluar apa yang pantas untuk semua permasalahan ini. Kita harus mulai menanamkan kesadaran dan mulai membuka mata, paling tidak kalau belum bisa merubah negara kita bisa merubah daerah dimana kita tinggal dan Pemerintah harus berani menempuh kebijakan pengentasan kemiskinan yang lebih revolusioner baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.

Satu hal yang tak kalah penting adalah menumbuhkan kembali modal sosial bangsa yang terasa kian memudar, seperti semangat gotong royong, kekeluargaan, serta semangat altruism.
Sebagai akhir tulisan, penulis menyampaikan peringatan Corita Kent dalam sebuah buku berjudul Enriched Bread: ’’Jika jumlah orang lapar sudah begitu banyak, Tuhan tidak nampak di mata mereka kecuali dalam wujud sepotong roti. Orang-orang lapar ini akan menyerbu meja makan-meja makan orang kaya, meski dengan cara membunuh...’’. Semoga saja tidak terjadi.

Tidak ada komentar: